Kesanggupan Kami adalah Pekerjaan Allah
Menjalankan tugas pelayanan yang sarat dengan tantangan bukanlah hal yang mudah. Paulus mengalami hal tersebut. Sepanjang perjalanan pelayanannya, dia menjumpai rupa-rupa tantangan dan rintangan yang sangat berat. Dia menghadapi penderitaan bertubi-tubi. Namun, kenapa Paulus tetap setia dan terus berkobar-kobar menjalankan semuanya itu? Jawaban hanya satu karena dia bersatu dengan Yesus yang telah mentobatkan dirinya. Dia menjalankan bukan pekerjaannya sendiri tetapi pekerjaan Allah.
Paulus mengatakan, "Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." (2Kor 3:4-5). Paulus menegaskan, kesanggupannya menjalankan karya perutusan yang berat itu bukan karena kehebatan dirinya sendiri. Bukan karena ketangguhannya. Tetapi semuanya karena Allah. "Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah"! Oleh karena itu, kesatuan dengan Allah menjadi sumber kekuatan satu-satunya untuk melaksanakan pekerjaan Allah.
Dalam Injil, Yesus menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum taurat, dia akan menduduki tempat yang tertinggi dalam kerajaan Allah. Memang Yesus tidak meniadakan hukum taurat itu. Tetapi kehadiranNya di dunia ini menggenapi dan menyempurnakan hukum Taurat. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Mat 5:17). Oleh karena itu, berpaling pada hukum taurat, berarti berpaling kepada Yesus yang telah menggenapinya. Maka setiap orang yang percaya dan mengikutinya memiliki kewajiban untuk menjalankan hukum-hukumNya, yakni hukum kasih.
Oleh karena itu, marilah membangun relasi yang intim dengan Kristus sebagai sumber kekuatan untuk menjalankan karya. Sehingga kita pun selalu menyadari bahwa "kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah".
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Paulus mengatakan, "Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah." (2Kor 3:4-5). Paulus menegaskan, kesanggupannya menjalankan karya perutusan yang berat itu bukan karena kehebatan dirinya sendiri. Bukan karena ketangguhannya. Tetapi semuanya karena Allah. "Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah"! Oleh karena itu, kesatuan dengan Allah menjadi sumber kekuatan satu-satunya untuk melaksanakan pekerjaan Allah.
Dalam Injil, Yesus menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum taurat, dia akan menduduki tempat yang tertinggi dalam kerajaan Allah. Memang Yesus tidak meniadakan hukum taurat itu. Tetapi kehadiranNya di dunia ini menggenapi dan menyempurnakan hukum Taurat. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Mat 5:17). Oleh karena itu, berpaling pada hukum taurat, berarti berpaling kepada Yesus yang telah menggenapinya. Maka setiap orang yang percaya dan mengikutinya memiliki kewajiban untuk menjalankan hukum-hukumNya, yakni hukum kasih.
Oleh karena itu, marilah membangun relasi yang intim dengan Kristus sebagai sumber kekuatan untuk menjalankan karya. Sehingga kita pun selalu menyadari bahwa "kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah".
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar