Ut Omnes Unum Sint
Dalam komunitas apapun, jika di dalamnya tidak ada persatuan, maka komunitas itu tidak akan pernah berkembang. Demikian pula dalam kehidupan gereja, tanpa ada persatuan, maka gereja itu tidak akan bertumbuh dengan baik. Persatuan menjadi salah satu kunci dalam membangun persekutuan yang sejati.
Yesus menyadari pentingnya arti persatuan dalam persekutuan para muridNya. Komunitas kecil yang dibangunNya ini akan menghadapi badai dan gelombang yang berat. Mereka akan diterjang topan yang memporakporandakan. Anggota-anggotanya pun akan mengalami penindasan yang hebat. Namun semuanya itu tidak akan menghancurkan persekutuan jika persatuan di dalam Dia tetap teguh.
Oleh karena itu, Yesus mendoakan agar kesatuan itu tetap terjaga. "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita." (Yoh 17:11b). Yesus memohon kepada BapaNya agar persekutuan kita tetap terpelihara. Agar persekutuan itu tetap kokoh dan tak tergoyahkan oleh apapun.
Dalam amanat perpisahannya, Paulus juga menegaskan pentingnya persekutuan kepada para penatua jemaat di Efesus. Paulus berpesan, "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri." (Kis 20:28). Paulus menghendaki agar persekutuan yang telah dibangunnya tetap digembalakan dan dijaga dengan baik. Komunitas-komunitas itu tidak boleh tercerai berai oleh karena tantangan-tantangan, baik yang datang dari dalam maupun luar komunitas. Mereka harus sehati dan sejiwa walau ada perbedaan-perbedaan.
Dalam membangun persatuan yang kokoh, kita harus meletakkan dasar yang kuat. Dasar itu adalah persatuan Yesus dan BapaNya. Persatuan sungguh akan terpelihara baik jika dihubungkan dengan persatuan Yesus dan BapaNya. Persatuan Yesus dan BapaNya adalah persatuan yang tak terpisahkan. Inilah dasar persatuan yang sejati.
Untuk itu, marilah dalam kesatuan dengan Yesus tetap memelihara persekutuan. Kita terus menghidupkan semangat persaudaraan. Hal ini dapat di mulai dari komunitas yang paling kecil yakni keluarga kita masing-masing. Kita pelihara terus api cinta dalam keluarga agar tetap menghangatkan relasi satu dengan yang lain. Gereja akan semakin bersatu tatkala keluarga-keluarga juga terpelihara kesatuannya. Kita terus berusaha menghidupkan doa Yesus yang menghendaki agar dalam situasi apapun kita tetap bersatu, "ut omnes unum sint".
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Yesus menyadari pentingnya arti persatuan dalam persekutuan para muridNya. Komunitas kecil yang dibangunNya ini akan menghadapi badai dan gelombang yang berat. Mereka akan diterjang topan yang memporakporandakan. Anggota-anggotanya pun akan mengalami penindasan yang hebat. Namun semuanya itu tidak akan menghancurkan persekutuan jika persatuan di dalam Dia tetap teguh.
Oleh karena itu, Yesus mendoakan agar kesatuan itu tetap terjaga. "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita." (Yoh 17:11b). Yesus memohon kepada BapaNya agar persekutuan kita tetap terpelihara. Agar persekutuan itu tetap kokoh dan tak tergoyahkan oleh apapun.
Dalam amanat perpisahannya, Paulus juga menegaskan pentingnya persekutuan kepada para penatua jemaat di Efesus. Paulus berpesan, "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri." (Kis 20:28). Paulus menghendaki agar persekutuan yang telah dibangunnya tetap digembalakan dan dijaga dengan baik. Komunitas-komunitas itu tidak boleh tercerai berai oleh karena tantangan-tantangan, baik yang datang dari dalam maupun luar komunitas. Mereka harus sehati dan sejiwa walau ada perbedaan-perbedaan.
Dalam membangun persatuan yang kokoh, kita harus meletakkan dasar yang kuat. Dasar itu adalah persatuan Yesus dan BapaNya. Persatuan sungguh akan terpelihara baik jika dihubungkan dengan persatuan Yesus dan BapaNya. Persatuan Yesus dan BapaNya adalah persatuan yang tak terpisahkan. Inilah dasar persatuan yang sejati.
Untuk itu, marilah dalam kesatuan dengan Yesus tetap memelihara persekutuan. Kita terus menghidupkan semangat persaudaraan. Hal ini dapat di mulai dari komunitas yang paling kecil yakni keluarga kita masing-masing. Kita pelihara terus api cinta dalam keluarga agar tetap menghangatkan relasi satu dengan yang lain. Gereja akan semakin bersatu tatkala keluarga-keluarga juga terpelihara kesatuannya. Kita terus berusaha menghidupkan doa Yesus yang menghendaki agar dalam situasi apapun kita tetap bersatu, "ut omnes unum sint".
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar