Bagaimana berhadapan dengan aturan dan norma?
OASIS SABDA 18 Jan 2022
Bacaan I: 1Sam 16:1-13
Mazmur Tanggapan: Mzm 89:20.21-22.27-28
Bait Pengantar Injil: Ef 1:17-18
Bacaan Injil: Mrk 2:23-28
Orang yang sungguh beriman, memandang segala aturan dan norma agama sebagai sarana untuk mewujudnyatakan relasi dengan Tuhan dan sesama secara bebas. Aturan dan norma bukan bertujuan untuk membatasi orang berbuat baik dan dijalankan secara kaku. Tetapi sebaliknya, dengan itu orang semakin mendapat tempat yang luas dan memampukan untuk berbuat belaskasih bagi sesama.
Kadang saya merasa miris melihat tingkah anak manusia yang menjadikan aturan dan norma agama sebagai sarana untuk mengekang kebebasan orang lain dalam berbuat baik. Atas nama agama, tindakan-tindakan yang mengalirkan daya cintakasih seakan dibungkam hanya karena tak sepaham dengan mereka.
Dalam Injil hari ini, Yesus berhadapan dengan orang-orang Farisi, sang penjaga norma-norma agama. Mereka menjalankan aturan dan norma secara kaku hingga mengikis substansi yang sesungguhnya. Mereka lebih mementingkan aturan-aturan dibandingkan dengan tindakan cintakasih dan belaskasih.
Untuk itu, ketika mereka menegur Yesus dan murid-murid perihal memetik gandum dan memakannya pada hari Sabat, Yesus pun mengatakan: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk 2:27-28)
Pernyataan Yesus ini tidak bermaksud untuk memandang buruk aturan dan norma! Pernyataan ini mau menyadarkan bahwa aturan dan norma itu dibuat supaya orang semakin hidup dalam cintakasih dan belaskasih.
Oleh karena itu, marilah mentaati dengan tulus, sadar dan bertanggung jawab semua aturan dan norma yang ada dalam kehidupan kita. Supaya dengan semuanya itu, kita semakin mampu mewujudkan iman secara bebas. Kita semakin saling mencintai dan membantu dengan penuh tanggung jawab. Kita saling menghargai sebagai makhluk yang luhur dibandingkan dengan segala aturan dan norma!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Bacaan I: 1Sam 16:1-13
Mazmur Tanggapan: Mzm 89:20.21-22.27-28
Bait Pengantar Injil: Ef 1:17-18
Bacaan Injil: Mrk 2:23-28
Orang yang sungguh beriman, memandang segala aturan dan norma agama sebagai sarana untuk mewujudnyatakan relasi dengan Tuhan dan sesama secara bebas. Aturan dan norma bukan bertujuan untuk membatasi orang berbuat baik dan dijalankan secara kaku. Tetapi sebaliknya, dengan itu orang semakin mendapat tempat yang luas dan memampukan untuk berbuat belaskasih bagi sesama.
Kadang saya merasa miris melihat tingkah anak manusia yang menjadikan aturan dan norma agama sebagai sarana untuk mengekang kebebasan orang lain dalam berbuat baik. Atas nama agama, tindakan-tindakan yang mengalirkan daya cintakasih seakan dibungkam hanya karena tak sepaham dengan mereka.
Dalam Injil hari ini, Yesus berhadapan dengan orang-orang Farisi, sang penjaga norma-norma agama. Mereka menjalankan aturan dan norma secara kaku hingga mengikis substansi yang sesungguhnya. Mereka lebih mementingkan aturan-aturan dibandingkan dengan tindakan cintakasih dan belaskasih.
Untuk itu, ketika mereka menegur Yesus dan murid-murid perihal memetik gandum dan memakannya pada hari Sabat, Yesus pun mengatakan: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Mrk 2:27-28)
Pernyataan Yesus ini tidak bermaksud untuk memandang buruk aturan dan norma! Pernyataan ini mau menyadarkan bahwa aturan dan norma itu dibuat supaya orang semakin hidup dalam cintakasih dan belaskasih.
Oleh karena itu, marilah mentaati dengan tulus, sadar dan bertanggung jawab semua aturan dan norma yang ada dalam kehidupan kita. Supaya dengan semuanya itu, kita semakin mampu mewujudkan iman secara bebas. Kita semakin saling mencintai dan membantu dengan penuh tanggung jawab. Kita saling menghargai sebagai makhluk yang luhur dibandingkan dengan segala aturan dan norma!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar