Hal Berpuasa
OASIS SABDA 03 Sep 2021
PW S. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Bacaan I: Kol 1:15-20
Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5
Bait Pengantar Injil: Yoh 8:12
Bacaan Injil: Luk 5:33-39
Dalam Injil hari ini, orang-orang Farisi mempersoalkan tentang praktik puasa murid-murid Yesus. “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” (Luk 5:33). Pernyataan orang Farisi ini seakan mau menunjukan bahwa diri mereka lebih suci dan Kudus karena telah mentaati aturan dan memenuhi kewajiban agama.
Namun, Yesus justru membongkar dan meluruskan cara pandang yang keliru itu.
Yesus menawarkan sebuah perubahan mental. Puasa bukan karena kewajiban dan hanya karena aturan. Orang berpuasa bukan karena takut pada hukum. Orang berpuasa bukan supaya dilihat orang sebagai saleh. Namun, puasa harus dilakukan karena kesadaran dan kehendak bebas karena merasa dicintai Allah.
Hal itu ditegaskan-Nya dengan mengatakan: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Luk 5:34-35).
Pernyataan Yesus itu sesungguhnya mau menekankan bahwa puasa merupakan salah satu cara agar kita bisa bertemu, akrab, dekat dan bersatu dengan Dia. Puasa sebagai ungkapan kerinduan kepada mempelai yang telah mengasihi. Puasa adalah perwujudan kasih kepada Allah.
Oleh karena itu, hal itu harus dilakukan dengan bebas dan penuh sukacita! Dan puasa bukan soal tidak makan dan minum. Namun makna yang lebih dalam dari itu adalah mengurangi hal-hal yang kurang baik dalam diri kita, seperti kesombongan, amarah, dendam, iri hati, dll. Dengan puasa maka hidup kita akan semakin dekat dengan-Nya.
Intinya adalah harus ada pembaharuan hati. Tiada gunanya menjalankan seluruh aturan agama namun tidak ada pembaharuan hati. Hendaknya "anggur baru disimpan dalam kantong yang baru" pula.
Marilah menumbuhkan kerinduan yang mendalam terhadap kasih Tuhan dalam hidup dan karya kita. Kita terus berjuang dalam semangat puasa terhadap hal-hal yang tidak baik dalam diri kita, yang dapat menghalangi kesatuan kita dengan Tuhan. Sehingga dengan demikian, terjadi pembaharuan hati dan selalu hidup baru!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
PW S. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Bacaan I: Kol 1:15-20
Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5
Bait Pengantar Injil: Yoh 8:12
Bacaan Injil: Luk 5:33-39
Dalam Injil hari ini, orang-orang Farisi mempersoalkan tentang praktik puasa murid-murid Yesus. “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum.” (Luk 5:33). Pernyataan orang Farisi ini seakan mau menunjukan bahwa diri mereka lebih suci dan Kudus karena telah mentaati aturan dan memenuhi kewajiban agama.
Namun, Yesus justru membongkar dan meluruskan cara pandang yang keliru itu.
Yesus menawarkan sebuah perubahan mental. Puasa bukan karena kewajiban dan hanya karena aturan. Orang berpuasa bukan karena takut pada hukum. Orang berpuasa bukan supaya dilihat orang sebagai saleh. Namun, puasa harus dilakukan karena kesadaran dan kehendak bebas karena merasa dicintai Allah.
Hal itu ditegaskan-Nya dengan mengatakan: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Luk 5:34-35).
Pernyataan Yesus itu sesungguhnya mau menekankan bahwa puasa merupakan salah satu cara agar kita bisa bertemu, akrab, dekat dan bersatu dengan Dia. Puasa sebagai ungkapan kerinduan kepada mempelai yang telah mengasihi. Puasa adalah perwujudan kasih kepada Allah.
Oleh karena itu, hal itu harus dilakukan dengan bebas dan penuh sukacita! Dan puasa bukan soal tidak makan dan minum. Namun makna yang lebih dalam dari itu adalah mengurangi hal-hal yang kurang baik dalam diri kita, seperti kesombongan, amarah, dendam, iri hati, dll. Dengan puasa maka hidup kita akan semakin dekat dengan-Nya.
Intinya adalah harus ada pembaharuan hati. Tiada gunanya menjalankan seluruh aturan agama namun tidak ada pembaharuan hati. Hendaknya "anggur baru disimpan dalam kantong yang baru" pula.
Marilah menumbuhkan kerinduan yang mendalam terhadap kasih Tuhan dalam hidup dan karya kita. Kita terus berjuang dalam semangat puasa terhadap hal-hal yang tidak baik dalam diri kita, yang dapat menghalangi kesatuan kita dengan Tuhan. Sehingga dengan demikian, terjadi pembaharuan hati dan selalu hidup baru!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Amin๐
BalasHapusAmin๐๐
BalasHapusAmin Semuanya. Tuhan memberkati
BalasHapus