Dipanggil Menuju Kekudusan
OASIS SABDA 27 Agt 2021
PW S. Monika
Bacaan I: 1Tes 4:1-8
Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1-2b.5-6.10-12
Bait Pengantar Injil: Luk 21:36
Bacaan Injil: Mat 25:1-13
Semua orang Kristiani dipanggil untuk hidup dalam kekudusan. Paulus dalam bacaan pertama menegaskan hal tersebut: "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1Tes 4:7).
Kekudusan sesungguhnya mengalir dari Allah. Maka, jalan menuju kekudusan adalah mentaati kehendak-Nya.
Namun, kehendak Allah atau kehendak Roh seringkali berseberangan dengan keinginan daging. Keinginan daging yang tak terkendali dapat menjerumuskan kita pada jurang malapetaka. Untuk itu keinginan daging mesti dikendalikan dan dikuasai oleh keinginan Roh. Dengan kata lain, tubuh yang telah diciptakan dengan sangat baik oleh Allah harus diarahkan dan dituntun oleh Roh agar tidak menuju kehancuran.
Salah satu latihan rohani agar hidup kita sesuai dengan kehendak Roh adalah mati raga. Mati raga berarti berusaha menguasai diri sehingga tidak lekat dengan keinginan daging atau hawa nafsu. Mati raga membantu kita untuk selalu mengutamakan kehendak Allah ketimbang keinginan pribadi.
Dalam bacaan Injil, Yesus mengisahkan tentang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh yang sedang menanti mempelai laki-laki. Gadis-gadis bodoh digambarkan sebagai gadis yang malas membawa buli-buli minyak cadangan. Gadis bodoh menunjukkan sikap tidak waspada. Sedangkan gadis bijaksana menjadi karakteristik orang yang selalu waspada dan mati raga. Gadis bijaksana bisa mengikuti perjamuan nikah karena mampu mengatasi kemalasan. Mereka tidak enggan menyiapkan dan membawa minyak cadangan sekiranya diperlukan.
Orang yang bermatiraga itu bijak karena mengikuti Roh. Orang yang senantiasa berjuang untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang mengalir dari Allah. Sehingga mereka selalu siap menyongsong kesempatan untuk menjadi baik dan Kudus.
Marilah berjuang untuk hidup dalam semangat kekudusan dengan selalu menuruti gerakan Roh. Kita juga belajar untuk setia bermatiraga agar mampu mengarahkan hidup pada hal-hal yang mulia sebagai bekal untuk turut serta dalam perjamuan nikah abadi.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
PW S. Monika
Bacaan I: 1Tes 4:1-8
Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1-2b.5-6.10-12
Bait Pengantar Injil: Luk 21:36
Bacaan Injil: Mat 25:1-13
Semua orang Kristiani dipanggil untuk hidup dalam kekudusan. Paulus dalam bacaan pertama menegaskan hal tersebut: "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1Tes 4:7).
Kekudusan sesungguhnya mengalir dari Allah. Maka, jalan menuju kekudusan adalah mentaati kehendak-Nya.
Namun, kehendak Allah atau kehendak Roh seringkali berseberangan dengan keinginan daging. Keinginan daging yang tak terkendali dapat menjerumuskan kita pada jurang malapetaka. Untuk itu keinginan daging mesti dikendalikan dan dikuasai oleh keinginan Roh. Dengan kata lain, tubuh yang telah diciptakan dengan sangat baik oleh Allah harus diarahkan dan dituntun oleh Roh agar tidak menuju kehancuran.
Salah satu latihan rohani agar hidup kita sesuai dengan kehendak Roh adalah mati raga. Mati raga berarti berusaha menguasai diri sehingga tidak lekat dengan keinginan daging atau hawa nafsu. Mati raga membantu kita untuk selalu mengutamakan kehendak Allah ketimbang keinginan pribadi.
Dalam bacaan Injil, Yesus mengisahkan tentang lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh yang sedang menanti mempelai laki-laki. Gadis-gadis bodoh digambarkan sebagai gadis yang malas membawa buli-buli minyak cadangan. Gadis bodoh menunjukkan sikap tidak waspada. Sedangkan gadis bijaksana menjadi karakteristik orang yang selalu waspada dan mati raga. Gadis bijaksana bisa mengikuti perjamuan nikah karena mampu mengatasi kemalasan. Mereka tidak enggan menyiapkan dan membawa minyak cadangan sekiranya diperlukan.
Orang yang bermatiraga itu bijak karena mengikuti Roh. Orang yang senantiasa berjuang untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang mengalir dari Allah. Sehingga mereka selalu siap menyongsong kesempatan untuk menjadi baik dan Kudus.
Marilah berjuang untuk hidup dalam semangat kekudusan dengan selalu menuruti gerakan Roh. Kita juga belajar untuk setia bermatiraga agar mampu mengarahkan hidup pada hal-hal yang mulia sebagai bekal untuk turut serta dalam perjamuan nikah abadi.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Amin🙏
BalasHapusAmin..
BalasHapus