Memanfaatkan Harta Duniawi

OASIS SABDA 16 Agt 2021
Bacaan I: Hak 2:11-19
Mazmur Tanggapan: Mzm 106:34-37.39-40.43ab.44
Bait Pengantar Injil: Mat 5:3
Bacaan Injil: Mat 19:16-22
Kelekatan terhadap harta duniawi akan sangat berbahaya bagi jiwa kita. Jiwa kita akan terpenjara oleh kerakusan dan ketamakan. Kita akan mengorbankan segala sesuatu hanya demi harta. Harta akan menjadi tujuan hidup sehingga dinomorsatukan dan di tempatkan di atas segalanya.

Sebagai pengikut Kristus, kita tentu tidak anti harta dunia. Yesus juga tidak pernah menekankan agar kita tidak bekerja dan memiliki harta. Namun, Yesus menegaskan agar kita jangan sampai jatuh pada kelekatan terhadap harta. Jangan sampai harta duniawi menjadi tujuan akhir dari hidup kita.

Dalam Injil, Yesus berjumpa dengan anak muda yang bertanya tentang bagaimana untuk memperoleh hidup yang kekal. “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Mat 19:16).

Pertama-tama Yesus menekankan tentang kewajiban semua orang beriman untuk mentaati sepuluh perintah Allah. Dan pemuda itu mengatakan bahwa dirinya telah mentaati semuanya itu.

Namun, Yesus menantang pemuda itu untuk menjadi orang beriman yang unggul. “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21). Tantangan Yesus itu membuat tidak nyaman. Dan dia pergi dengan sedih karena hartanya banyak.

Kesalehan Kristiani bukanlah kesalehan yang bersifat individual. Kesalehan kita mesti diwujudnyatakan dalam kesalehan yang bersifat eklesial dan sosial. Sehingga, kesucian harus mengikis keegoisan dan mendorong untuk selalu berkorban. Kesalehan harus mendorong untuk mengalirkan kasih kepada sesama!

Standar kebahagian kita bukan pada harta duniawi. Kebahagiaan sejati adalah bersatu dengan Allah dalam Kerajaan Surga.

Maka, harta dunia harus menjadi sarana untuk meraih harta surgawi. Kebahagiaan yang lahir dari hal yang kita miliki di dunia, harus menjadi batu loncatan untuk meraih kebahagiaan kekal.

Semoga kita pun semakin berkembang dalam semangat "kemiskinan" di hadapan Allah. Kita juga berani untuk selalu mengalirkan kasih dan rahmat yang kita miliki kepada sesama yang menderita!

Tuhan memberkati dan Ave Maria!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belaskasih Allah Terhadap Pendosa

Doa Seorang Ibu

Kreatifitas Melayani