Mati Satu Tumbuh Seribu
OASIS SABDA 10 Agt 2021
Pesta S. Laurensius, Diakon Dan Martir
Bacaan I: 2Kor 9:6-10
Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2.5-9
Bait Pengantar Injil: Yoh 8:12b
Bacaan Injil: Yoh 12:24-26
Ada sebuah ungkapan yang tidak asing lagi di telinga kita yakni "mati satu tumbuh seribu". Sebuah ungkapan yang bermakna harapan. Kematian tidak melulu penghabisan. Justru dari kematian yang penuh makna akan lahir harapan-harapan baru.
Injil hari ini juga mengungkapkan hal yang senada. Yesus mengatakan: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yoh 12:24).
Sabda itu sungguh nyata dalam diri Yesus sendiri. Kematian-Nya bukanlah akhir atau penghabisan misi-Nya! Justru melalui Kematian-Nya semakin bertumbuh benih-benih baru yang menyelamatkan!
Hari ini, Gereja merayakan pesta Santo Laurensius. Seorang Diakon dan martir Gereja awal yang dibunuh pada pengajaran Kaisar Valerian pada tahun 258 M. Dia sungguh percaya dan menyerahkan diri pada Kristus secara total.
Demi imannya itu, dia pun rela mati! Dia rela menumpahkan darah demi imannya kepada Kristus. Dalam catatan-catatan tradisi abad ke-4 menceritakan tentang tanggapan berani dari Santo Laurensius terhadap permintaan antek-antek Valerian untuk memberikan harta-kekayaan Gereja.
Keesokan harinya, Laurensius muncul dengan banyak sekali orang miskin dan cacat dari kota Roma – semua yang dilayani oleh diakon Laurensius. Di hadapan para pejabat kekaisaran, Laurensius menyatakan: “Inilah harta-kekayaan Gereja”. Untuk “keberanian” ini, Laurensius dibakar hidup-hidup.
Kesaksian dan darah para martir telah menyuburkan benih-benih iman akan Kristus. Kemartiran mereka semakin menyuburkan pertumbuhan benih Gereja. Kemartiran mereka juga semakin menumbuhkan militansi iman.
Kita semua dipanggil untuk berani berkorban. Kita dipanggil untuk dengan sukarela merangkul “kemartiran” kecil-kecilan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk menjadi pengikut Kristus yang militan.
Kemartiran kita saat ini tidak harus mengorbankan diri dan mati. Hal yang lebih mendesak adalah kesaksian hidup yang nyata! Kehadiran kita dimanapun harus menjadi pancaran kasih Kristus yang nyata.
Kemartiran kita tunjukkan juga dalam keberanian menyangkal atau mengesampingkan diri sendiri untuk menolong orang-orang lain. Kemartiran kita tunjukkan dengan keberanian untuk selalu berdiri tegak demi Injil Yesus Kristus.
Pengorbanan kita demi iman semakin menyemarakkan Kerajaan Allah di dunia!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Pesta S. Laurensius, Diakon Dan Martir
Bacaan I: 2Kor 9:6-10
Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2.5-9
Bait Pengantar Injil: Yoh 8:12b
Bacaan Injil: Yoh 12:24-26
Ada sebuah ungkapan yang tidak asing lagi di telinga kita yakni "mati satu tumbuh seribu". Sebuah ungkapan yang bermakna harapan. Kematian tidak melulu penghabisan. Justru dari kematian yang penuh makna akan lahir harapan-harapan baru.
Injil hari ini juga mengungkapkan hal yang senada. Yesus mengatakan: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yoh 12:24).
Sabda itu sungguh nyata dalam diri Yesus sendiri. Kematian-Nya bukanlah akhir atau penghabisan misi-Nya! Justru melalui Kematian-Nya semakin bertumbuh benih-benih baru yang menyelamatkan!
Hari ini, Gereja merayakan pesta Santo Laurensius. Seorang Diakon dan martir Gereja awal yang dibunuh pada pengajaran Kaisar Valerian pada tahun 258 M. Dia sungguh percaya dan menyerahkan diri pada Kristus secara total.
Demi imannya itu, dia pun rela mati! Dia rela menumpahkan darah demi imannya kepada Kristus. Dalam catatan-catatan tradisi abad ke-4 menceritakan tentang tanggapan berani dari Santo Laurensius terhadap permintaan antek-antek Valerian untuk memberikan harta-kekayaan Gereja.
Keesokan harinya, Laurensius muncul dengan banyak sekali orang miskin dan cacat dari kota Roma – semua yang dilayani oleh diakon Laurensius. Di hadapan para pejabat kekaisaran, Laurensius menyatakan: “Inilah harta-kekayaan Gereja”. Untuk “keberanian” ini, Laurensius dibakar hidup-hidup.
Kesaksian dan darah para martir telah menyuburkan benih-benih iman akan Kristus. Kemartiran mereka semakin menyuburkan pertumbuhan benih Gereja. Kemartiran mereka juga semakin menumbuhkan militansi iman.
Kita semua dipanggil untuk berani berkorban. Kita dipanggil untuk dengan sukarela merangkul “kemartiran” kecil-kecilan sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk menjadi pengikut Kristus yang militan.
Kemartiran kita saat ini tidak harus mengorbankan diri dan mati. Hal yang lebih mendesak adalah kesaksian hidup yang nyata! Kehadiran kita dimanapun harus menjadi pancaran kasih Kristus yang nyata.
Kemartiran kita tunjukkan juga dalam keberanian menyangkal atau mengesampingkan diri sendiri untuk menolong orang-orang lain. Kemartiran kita tunjukkan dengan keberanian untuk selalu berdiri tegak demi Injil Yesus Kristus.
Pengorbanan kita demi iman semakin menyemarakkan Kerajaan Allah di dunia!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Amin🙏
BalasHapusAmin Romo🙏
BalasHapus