Akankah "Yerusalem" dihancurkan lagi?

OASIS SABDA 18 Nov 2021
Bacaan I: 1Mak 2:15-29
Mazmur Tanggapan: Mzm 50:1-2.5-6.14-15
Bait Pengantar Injil: Mzm 95:8ab
Bacaan Injil: Luk 19:41-44
Yesus yang kita imani adalah Allah yang penuh belaskasihan. Dia tidak pernah tega melihat kesengsaraan dan penderitaan manusia akibat dari dosa. Hati-Nya sangat pedih melihat kesengsaraan manusia yang tidak mau bertobat.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menangisi Yerusalem. Kota yang akan rata dengan tanah karena ketegaran hati mereka. Tangisan Yesus ini adalah tangisan kasih. Ia sungguh mencintai Yerusalem, kota suci, dimana Bait Allah berdiri megah. Kota dimana orang datang dari pelbagai penjuru untuk menyembah Tuhan di Bait Allah yang Kudus.

Namun Yesus melihat gambaran kota yang hancur! Kota yang adalah lambang keberadaan Israel hancur lebur. Musuh akan mengepung seluruh jurusan dan membinasakan. Musuh meluluhlantakkan Yerusalem dengan segala isinya. Yesus sungguh sedih karena mereka tidak menerima diri-Nya. Bahkan, Dia akan disalibkan dan dibunuh.

"Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.” (Luk 19:43-44).

Yesus menangisi Yerusalem karena manusia di dalamnya tidak menyadari apa yang sesungguhnya mereka perlukan untuk kebaikan mereka. Tuhan telah datang melawat mereka tetapi mereka tegar tengkuk. Mereka tidak mau. Justru mereka menolak diri-Nya dan bahkan membunuh-Nya. Sebagai bangsa terpilih mereka memuji Allah hanya dengan bibirnya dan bukan dengan hatinya.

Tangisan Yesus terhadap kota Yerusalem sesungguhnya mensimbolkan tangisan Yesus terhadap diri kita sebagai pendosa. Yesus menangisi dosa-dosa kita. Yesus menangisi para pendosa yang tidak mau tahu akan sapaan Tuhan. Yesus menangisi pendosa yang tidak mau membuka hati untuk kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Yesus menangisi pendosa yang bersikukuh menolak kasih dan kerahiman-Nya.

Untuk itu, marilah memiliki ketetapan hati sehingga kita tetap membuka diri dan setia kepada Allah. Kita sungguh merendahkan diri dan bertobat agar malapetaka berlalu dari hidup kita. Kita selalu menjaga kesucian dan kekudusan bait Roh Kudus yang adalah diri kita sendiri.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belaskasih Allah Terhadap Pendosa

Doa Seorang Ibu

Kreatifitas Melayani