Ini Aku Utuslah Aku
OASIS SABDA 06 Feb 2022
Minggu Pekan Biasa V
Bacaan I: Yes 6:1-2a.3-8
Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8
Bacaan II: 1Kor 15:1-11
Bait Pengantar Injil: Mat 4:19
Bacaan Injil: Luk 5:1-11
Ini aku utuslah aku!
Panggilan untuk mewartakan Sabda Allah adalah rahmat dari Allah yang dialirkan kepada setiap manusia. Namun tidak semua orang berani menanggapinya dengan tegas! Selalu muncul keragu-raguan bahkan ketakutan karena merasa diri tidak sempurna. Merasa diri banyak kekurangan dan kelemahan! Merasa diri tidak pantas dan lain sebagainya.
Namun, apakah hanya orang sempurna yang dipilih oleh Tuhan?
Bila membaca dan merenungkan panggilan nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini sangat nampak bahwa Tuhan memilih orang-orang yang tidak sempurna untuk menjadi alat-Nya. Yesaya mengatakan: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (Yes 6:5).
Yesaya sungguh menyadari bahwa dirinya bukanlah manusia yang sempurna. Namun dalam ketidaksempurnaanya itu Tuhan menampakkan diri dan memanggilnya. Dan di dalam Dia, Tuhan menyucikan dirinya agar mampu untuk mewartakan Sabda Allah: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (Yes 6:7).
Demikianpun panggilan Santo Petrus. Dia juga bukan orang yang kudus! Dia menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5:8). Walau demikian, Tuhan memikat hatinya untuk menjadi penjala manusia: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." (Luk 5:10).
Kesanggupan untuk menjawab panggilan Tuhan itu karena ada keterbukaan dan kerelaan untuk menyatu dengan Allah. Yesaya membuka hati, menyatukan diri dan semakin menyelami misteri Allah. Sehingga dia mampu mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8).
Demikian pun Petrus menuruti perintah Yesus, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Luk 5:4). Pada saat semakin masuk ke tempat yang lebih dalam, dia diajak menyadari dan menyelami misteri Tuhan. Petrus semakin menyadari bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikannya.
Oleh karena itu, marilah kita menyadari panggilan Tuhan dalam hidup kita. Allah mengajak kita untuk bertolak semakin ke dalam - Duc in Altum - agar kita semakin melihat dan merasakan indahnya cinta Tuhan.
Semakin berani menyatukan diri denganNya sehingga semakin terpikat dan tidak mau melepaskan diri. Semoga semangat pewartaan semakin dikobarkan dalam diri kita. Teruslah menjadi pewarta-pewarta Sabda Allah melalui seluruh aktifitas hidup kita! Ini aku, utuslah aku!
Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati n Ave Maria!
Minggu Pekan Biasa V
Bacaan I: Yes 6:1-2a.3-8
Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-2a.2bc-3.4-5.7c-8
Bacaan II: 1Kor 15:1-11
Bait Pengantar Injil: Mat 4:19
Bacaan Injil: Luk 5:1-11
Ini aku utuslah aku!
Panggilan untuk mewartakan Sabda Allah adalah rahmat dari Allah yang dialirkan kepada setiap manusia. Namun tidak semua orang berani menanggapinya dengan tegas! Selalu muncul keragu-raguan bahkan ketakutan karena merasa diri tidak sempurna. Merasa diri banyak kekurangan dan kelemahan! Merasa diri tidak pantas dan lain sebagainya.
Namun, apakah hanya orang sempurna yang dipilih oleh Tuhan?
Bila membaca dan merenungkan panggilan nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini sangat nampak bahwa Tuhan memilih orang-orang yang tidak sempurna untuk menjadi alat-Nya. Yesaya mengatakan: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." (Yes 6:5).
Yesaya sungguh menyadari bahwa dirinya bukanlah manusia yang sempurna. Namun dalam ketidaksempurnaanya itu Tuhan menampakkan diri dan memanggilnya. Dan di dalam Dia, Tuhan menyucikan dirinya agar mampu untuk mewartakan Sabda Allah: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." (Yes 6:7).
Demikianpun panggilan Santo Petrus. Dia juga bukan orang yang kudus! Dia menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5:8). Walau demikian, Tuhan memikat hatinya untuk menjadi penjala manusia: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." (Luk 5:10).
Kesanggupan untuk menjawab panggilan Tuhan itu karena ada keterbukaan dan kerelaan untuk menyatu dengan Allah. Yesaya membuka hati, menyatukan diri dan semakin menyelami misteri Allah. Sehingga dia mampu mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8).
Demikian pun Petrus menuruti perintah Yesus, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Luk 5:4). Pada saat semakin masuk ke tempat yang lebih dalam, dia diajak menyadari dan menyelami misteri Tuhan. Petrus semakin menyadari bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikannya.
Oleh karena itu, marilah kita menyadari panggilan Tuhan dalam hidup kita. Allah mengajak kita untuk bertolak semakin ke dalam - Duc in Altum - agar kita semakin melihat dan merasakan indahnya cinta Tuhan.
Semakin berani menyatukan diri denganNya sehingga semakin terpikat dan tidak mau melepaskan diri. Semoga semangat pewartaan semakin dikobarkan dalam diri kita. Teruslah menjadi pewarta-pewarta Sabda Allah melalui seluruh aktifitas hidup kita! Ini aku, utuslah aku!
Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati n Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar