Introspeksi Diri
OASIS SABDA 27 Feb 2022
Minggu Pekan Biasa VIII
Bacaan I: Sir 27:4-7
Mazmur Tanggapan: Mzm 92:2-3.13-14.15-16
Bacaan II: 1Kor 15:54-58
Bait Pengantar Injil: Flp 2:15-16
Bacaan Injil: Luk 6:39-45
Kecenderungan banyak orang lebih mudah melihat kekurangan orang lain ketimbang kekurangan diri sendiri. Menilai buruk orang lain rasanya lebih mudah dibandingkan menyadari keburukan dalam diri.
Akibatnya, tidak sedikit kita melihat orang yang begitu mengguncingkan satu dengan lain, sambil membeberkan litani kesalahan dan kekurangan sesamanya. Lebih tragisnya lagi, kadang orang mencari-cari kesalahan sesama, lebih-lebih orang yang mungkin tidak di sukai. Kesalahan sekecil apapun yang ditemukan, bisa dibesar-besarkan dan viralkan. Apalagi dibumbui dengan aroma hoax - berita palsu, ujaran-ujaran kebencian, sehingga semakin menambah cita rasa fitnah yang menyesatkan.
Jika hal ini terjadi, sesungguhnya menunjukkan betapa kerdilnya jiwa kita. Betapa dangkalnya iman kita! Ketika kita mengguncingkan keburukan-keburukan sesama sebenarnya menunjukan betapa lemahnya diri kita sendiri. Sebab dari dalam hati yang baik akan keluar hal-hal yang baik dan bijaksana, sedangkan dari hati yang jahat akan keluar hal-hal yang buruk dan menyesatkan.
Hal itubdikatakan dalam Putra Sirakh, "Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh disitu, demikian pula bicara orang menyatakan isi hatinya". Terhadap keadaan itu pun, Yesus menegaskan, "Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" (Luk 6:41).
Sebagai orang Kristiani kita dipanggil untuk hidup dalam belas kasih. Keutamaan belas kasih ini juga menujukkan sikap untuk menaruh cinta kepada sesama dan kerelaan untuk mengampuni. Dan orang yang berbelas kasih dan rela mengampuni sebenarnya menunjukkan kualitas iman yang sesungguhnya. Menunjukkan kualitas iman yang mendalam!
Untuk itu, marilah melakukan introspeksi diri. Kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Kita menyadari kelemahan dan berusaha memurnikan serta membersihkan diri kita. Orang yang selalu melakukan introspeksi diri sebenarnya adalah orang yang semakin jernih memandang keadaan dirinya. Dia akan semakin memahami kelemahan dan kedosaannya. Sehingga, terdorong untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bertobat. Sehingga tidak ada alasan kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang menciderai sesama.
Hati yang murni karena selalu melakukan introspeksi diri, akan selalu memancarkan kasih. Kata-kata yang terucap pun adalah kata-kata yang penuh belas kasih. Orang yang sungguh mantap imannya akan semakin terpancar dalam kata-kata yang penuh kebijaksanaan. Bukan malah menebarkan bahasa-bahasa hoax, ujaran-ujaran kebencian, yang bertujuan untuk menghancurkan orang lain.
Hati yang jernihbakan mengeluarkan bahasa-bahasa yang menghidupkan. Bahasa-bahasa yang penuh penghargaan. Bahasa-bahasa yang membangkitkan dan memberi motivasi. Untuk itulah Yesus mengatakan, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Luk 6:45).
Oleh karena itu, marilah bertekun untuk melakukan introspeksi diri. Kita bersujud dan merendahkan diri di hadapan Allah dalam laku tobat. Lebih-lebih, beberapa hari lagi kita akan memasuki masa retret Agung, masa prapaskah! Marilah dalam retret agung itu kita terus berusaha seperti nasihat Paulus dalam bacaan kedua tadi, "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1Kor 15:58).
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Minggu Pekan Biasa VIII
Bacaan I: Sir 27:4-7
Mazmur Tanggapan: Mzm 92:2-3.13-14.15-16
Bacaan II: 1Kor 15:54-58
Bait Pengantar Injil: Flp 2:15-16
Bacaan Injil: Luk 6:39-45
Kecenderungan banyak orang lebih mudah melihat kekurangan orang lain ketimbang kekurangan diri sendiri. Menilai buruk orang lain rasanya lebih mudah dibandingkan menyadari keburukan dalam diri.
Akibatnya, tidak sedikit kita melihat orang yang begitu mengguncingkan satu dengan lain, sambil membeberkan litani kesalahan dan kekurangan sesamanya. Lebih tragisnya lagi, kadang orang mencari-cari kesalahan sesama, lebih-lebih orang yang mungkin tidak di sukai. Kesalahan sekecil apapun yang ditemukan, bisa dibesar-besarkan dan viralkan. Apalagi dibumbui dengan aroma hoax - berita palsu, ujaran-ujaran kebencian, sehingga semakin menambah cita rasa fitnah yang menyesatkan.
Jika hal ini terjadi, sesungguhnya menunjukkan betapa kerdilnya jiwa kita. Betapa dangkalnya iman kita! Ketika kita mengguncingkan keburukan-keburukan sesama sebenarnya menunjukan betapa lemahnya diri kita sendiri. Sebab dari dalam hati yang baik akan keluar hal-hal yang baik dan bijaksana, sedangkan dari hati yang jahat akan keluar hal-hal yang buruk dan menyesatkan.
Hal itubdikatakan dalam Putra Sirakh, "Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh disitu, demikian pula bicara orang menyatakan isi hatinya". Terhadap keadaan itu pun, Yesus menegaskan, "Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" (Luk 6:41).
Sebagai orang Kristiani kita dipanggil untuk hidup dalam belas kasih. Keutamaan belas kasih ini juga menujukkan sikap untuk menaruh cinta kepada sesama dan kerelaan untuk mengampuni. Dan orang yang berbelas kasih dan rela mengampuni sebenarnya menunjukkan kualitas iman yang sesungguhnya. Menunjukkan kualitas iman yang mendalam!
Untuk itu, marilah melakukan introspeksi diri. Kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Kita menyadari kelemahan dan berusaha memurnikan serta membersihkan diri kita. Orang yang selalu melakukan introspeksi diri sebenarnya adalah orang yang semakin jernih memandang keadaan dirinya. Dia akan semakin memahami kelemahan dan kedosaannya. Sehingga, terdorong untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bertobat. Sehingga tidak ada alasan kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang menciderai sesama.
Hati yang murni karena selalu melakukan introspeksi diri, akan selalu memancarkan kasih. Kata-kata yang terucap pun adalah kata-kata yang penuh belas kasih. Orang yang sungguh mantap imannya akan semakin terpancar dalam kata-kata yang penuh kebijaksanaan. Bukan malah menebarkan bahasa-bahasa hoax, ujaran-ujaran kebencian, yang bertujuan untuk menghancurkan orang lain.
Hati yang jernihbakan mengeluarkan bahasa-bahasa yang menghidupkan. Bahasa-bahasa yang penuh penghargaan. Bahasa-bahasa yang membangkitkan dan memberi motivasi. Untuk itulah Yesus mengatakan, "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Luk 6:45).
Oleh karena itu, marilah bertekun untuk melakukan introspeksi diri. Kita bersujud dan merendahkan diri di hadapan Allah dalam laku tobat. Lebih-lebih, beberapa hari lagi kita akan memasuki masa retret Agung, masa prapaskah! Marilah dalam retret agung itu kita terus berusaha seperti nasihat Paulus dalam bacaan kedua tadi, "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1Kor 15:58).
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar