Menghadapi Penolakan Dengan Rendah Hati
OASIS SABDA 04 Jul 2021
Minggu Pekan Biasa XIV
Bacaan I: Yeh 2:2-5
Mazmur Tanggapan: Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4
Bacaan II: 2Kor 12:7-10
Bait Pengantar Injil: Luk 4:18
Bacaan Injil: Mrk 6:1-6
Pernahkah Anda mengalami pengalaman ditolak? Mungkin ditolak oleh keluarga. Ditolak oleh atasan. Ditolak oleh pacar. Ditolak oleh pasangan hidup. Ditolak oleh orang yang sangat kita harapkan. Dan masih banyak penolakan, bentuk dan caranya.
Apapun cara dan bentuknya, penolakan selalu menyisakan rasa kecewa, patah hati, dan kehilangan semangat. Bahkan tidak sedikit yang putus harapan!
Dalam karya keselamatan, penolakan juga dialami oleh para Nabi. Mereka yang diutus Allah untuk mewartakan warta keselamatan ditolak, diusir bahkan dianiaya dan dibunuh. Yesus pun mengalami hal yang sama.
Dalam Injil, Yesus ditolak oleh saudara-saudaranya dan orang-orang sekota. Yesus tidak diterima dengan baik di kampung halaman-Nya sendiri. Dan Yesus pun mengatakan, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4).
Kesulitan yang mereka hadapi adalah memahami karya dan rencana Allah. “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” (Mrk 6:2-3).
Berhadapan dengan situasi itu, Yesus tidak patah semangat. Yesus tidak marah. Justru Ia menanggapinya dengan lemah lembut dan rendah hati. Yesus tetap berbuat baik dan mewartakan keselamatan di tempat lain. Kelemahlembutan dan kerendahan hati itu menjadi kunci utama untuk mengenali rencana Allah.
Sebagai pengikut Kristus, kita diutus untuk selalu menebarkan kebaikan. Kita diutus untuk memancarkan warta keselamatan bagi banyak orang. Kita diutus untuk selalu berbuat baik dan menebarkan kasih.
Namun, sebagaimana dialami Yesus, dalam menjalankan tugas perutusan itu kita pun akan mengalami penolakan. Bisa jadi perbuatan baik kita tidak mendapat respon yang baik pula. Bisa jadi orang akan cuek dan tidak perduli!
Percayalah, penolakan tidak akan pernah mematahkan karya kebaikan yang mengalir dari Allah. Penolakan justru menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk terus bersaksi. Kita semakin digembleng dan dimurnikan dengan pelbagai tantangan.
Kita selalu memperoleh peneguhan dari Allah. Secara khusus, melalui Ekaristi kita menerima anugerah peneguhan. Melalui Ekaristi kita dituntun untuk belajar dan menghayati arti kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus. Sehingga ketika berhadapan dengan penolakan kita tidak menjadi kecewa dan putus asa!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Minggu Pekan Biasa XIV
Bacaan I: Yeh 2:2-5
Mazmur Tanggapan: Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4
Bacaan II: 2Kor 12:7-10
Bait Pengantar Injil: Luk 4:18
Bacaan Injil: Mrk 6:1-6
Pernahkah Anda mengalami pengalaman ditolak? Mungkin ditolak oleh keluarga. Ditolak oleh atasan. Ditolak oleh pacar. Ditolak oleh pasangan hidup. Ditolak oleh orang yang sangat kita harapkan. Dan masih banyak penolakan, bentuk dan caranya.
Apapun cara dan bentuknya, penolakan selalu menyisakan rasa kecewa, patah hati, dan kehilangan semangat. Bahkan tidak sedikit yang putus harapan!
Dalam karya keselamatan, penolakan juga dialami oleh para Nabi. Mereka yang diutus Allah untuk mewartakan warta keselamatan ditolak, diusir bahkan dianiaya dan dibunuh. Yesus pun mengalami hal yang sama.
Dalam Injil, Yesus ditolak oleh saudara-saudaranya dan orang-orang sekota. Yesus tidak diterima dengan baik di kampung halaman-Nya sendiri. Dan Yesus pun mengatakan, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4).
Kesulitan yang mereka hadapi adalah memahami karya dan rencana Allah. “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” (Mrk 6:2-3).
Berhadapan dengan situasi itu, Yesus tidak patah semangat. Yesus tidak marah. Justru Ia menanggapinya dengan lemah lembut dan rendah hati. Yesus tetap berbuat baik dan mewartakan keselamatan di tempat lain. Kelemahlembutan dan kerendahan hati itu menjadi kunci utama untuk mengenali rencana Allah.
Sebagai pengikut Kristus, kita diutus untuk selalu menebarkan kebaikan. Kita diutus untuk memancarkan warta keselamatan bagi banyak orang. Kita diutus untuk selalu berbuat baik dan menebarkan kasih.
Namun, sebagaimana dialami Yesus, dalam menjalankan tugas perutusan itu kita pun akan mengalami penolakan. Bisa jadi perbuatan baik kita tidak mendapat respon yang baik pula. Bisa jadi orang akan cuek dan tidak perduli!
Percayalah, penolakan tidak akan pernah mematahkan karya kebaikan yang mengalir dari Allah. Penolakan justru menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk terus bersaksi. Kita semakin digembleng dan dimurnikan dengan pelbagai tantangan.
Kita selalu memperoleh peneguhan dari Allah. Secara khusus, melalui Ekaristi kita menerima anugerah peneguhan. Melalui Ekaristi kita dituntun untuk belajar dan menghayati arti kelemahlembutan dan kerendahan hati Yesus. Sehingga ketika berhadapan dengan penolakan kita tidak menjadi kecewa dan putus asa!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
🙏🙏🙏
BalasHapusAmin
Amin....
BalasHapusAmin. Tuhan memberkati
BalasHapusAmin..mksh Romo.. salam sehat sll
BalasHapus