Perutusan Itu Menantang
OASIS SABDA 09 Jul 2021
Bacaan I: Kej 46:1-7.28-30
Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40
Bait Pengantar Injil: Yoh 16:13a;14:26b
Bacaan Injil: Mat 10:16-23
Menjadi orang yang baik dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran seringkali tidak mudah. Ada begitu banyak tantangan dan derita yang harus kita pikul. Ironisnya, tantangan itu justru kadang datang dari lingkup kita sendiri. Tantangan itu datang dari orang-orang yang kita anggap dekat!
Pengalaman Yusuf, dalam Perjanjian Lama, menggambarkan hal tersebut. Yusuf seorang yang baik dan tulus! Dia seorang yang taat kepada Allah. Namun kebaikannya itu menjadi ancaman bagi saudara-saudaranya sendiri. Maka Yusuf pun di singkirkan! Bahkan, ia nyaris dibunuh. Dia dijual ke negeri asing.
Memang, semakin mendalam iman kita, tantangannya pun makin berat. Jika dasar dan fondasi tidak kokoh pasti akan mudah roboh! Jika akar tidak kuat maka akan cepat tumbang!
Dalam Injil, Yesus mengingatkan para murid yang diutusnya. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Mat 10:16). Perutusan para murid memang sangat berbahaya. Perutusan mereka menantang maut.
Namun mereka tidak gentar. Semangat mereka tidak kendur. Mereka tetap tekun menjalaninya. Sebab, mereka meletakkan dasar perutusannya kepada Sang Guru yang senantiasa mendampingi. Mereka terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus.
Di tengah pelbagai kesulitan dan derita janganlah hanya mengandalkan kekuatan dan kehebatan diri sendiri. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri maka cepat atau lambat kita akan hancur.
Akan tetapi, jika kita senantiasa berserah diri pada Allah, kita pasti mampu bertahan di tengah badai. Di dalam kesatuan dengan Dia, kita memiliki daya kekuatan untuk melewati masa-masa sulit.
Kita belajar dari Yusuf! Di tengah penolakan dia tetap setia kepada Allah. Dia senantiasa berserah diri pada-Nya. Sehingga deritanya pun diubah menjadi berkat! Dia menjadi berkat bagi keluarga dan bangsanya.
Marilah tetap setia dan tekun memancarkan kebaikan Allah walau kadang harus menghadapi kesulitan. Kita pun mesti menjadi cerdik, yakni cermat dalam melihat kebutuhan dan perkembangan zaman sehingga tidak terseret oleh tawaran dunia. Kita juga harus bersikap tulus. Kita menunjukkan sikap hati yang tanpa pamrih dalam mewartakan dan tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Percayalah, Tuhan pasti memperhitungkan semua kebaikan kita.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Bacaan I: Kej 46:1-7.28-30
Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40
Bait Pengantar Injil: Yoh 16:13a;14:26b
Bacaan Injil: Mat 10:16-23
Menjadi orang yang baik dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran seringkali tidak mudah. Ada begitu banyak tantangan dan derita yang harus kita pikul. Ironisnya, tantangan itu justru kadang datang dari lingkup kita sendiri. Tantangan itu datang dari orang-orang yang kita anggap dekat!
Pengalaman Yusuf, dalam Perjanjian Lama, menggambarkan hal tersebut. Yusuf seorang yang baik dan tulus! Dia seorang yang taat kepada Allah. Namun kebaikannya itu menjadi ancaman bagi saudara-saudaranya sendiri. Maka Yusuf pun di singkirkan! Bahkan, ia nyaris dibunuh. Dia dijual ke negeri asing.
Memang, semakin mendalam iman kita, tantangannya pun makin berat. Jika dasar dan fondasi tidak kokoh pasti akan mudah roboh! Jika akar tidak kuat maka akan cepat tumbang!
Dalam Injil, Yesus mengingatkan para murid yang diutusnya. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Mat 10:16). Perutusan para murid memang sangat berbahaya. Perutusan mereka menantang maut.
Namun mereka tidak gentar. Semangat mereka tidak kendur. Mereka tetap tekun menjalaninya. Sebab, mereka meletakkan dasar perutusannya kepada Sang Guru yang senantiasa mendampingi. Mereka terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus.
Di tengah pelbagai kesulitan dan derita janganlah hanya mengandalkan kekuatan dan kehebatan diri sendiri. Jika hanya mengandalkan kekuatan sendiri maka cepat atau lambat kita akan hancur.
Akan tetapi, jika kita senantiasa berserah diri pada Allah, kita pasti mampu bertahan di tengah badai. Di dalam kesatuan dengan Dia, kita memiliki daya kekuatan untuk melewati masa-masa sulit.
Kita belajar dari Yusuf! Di tengah penolakan dia tetap setia kepada Allah. Dia senantiasa berserah diri pada-Nya. Sehingga deritanya pun diubah menjadi berkat! Dia menjadi berkat bagi keluarga dan bangsanya.
Marilah tetap setia dan tekun memancarkan kebaikan Allah walau kadang harus menghadapi kesulitan. Kita pun mesti menjadi cerdik, yakni cermat dalam melihat kebutuhan dan perkembangan zaman sehingga tidak terseret oleh tawaran dunia. Kita juga harus bersikap tulus. Kita menunjukkan sikap hati yang tanpa pamrih dalam mewartakan dan tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Percayalah, Tuhan pasti memperhitungkan semua kebaikan kita.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
🙏🙏🙏
BalasHapusAmin
🙏🙏🙏 Amin...
BalasHapusAmin
BalasHapusAmeeen
BalasHapusAmin. Tuhan memberkati semuanya
BalasHapus