Banggakah Menjadi Penggosip?
OASIS SABDA 21 Jun 2021
PW S. Aloisius Gonzaga, Biarawan
Bacaan I: Kej 12:1-9
Mazmur Tanggapan: Mzm 33:12-13.18-19.20.22
Bait Pengantar Injil: Ibr 4:12
Bacaan Injil: Mat 7:1-5
Rasa-rasanya membicarakan keburukan dan kelemahan orang lain itu menyenangkan. Kita begitu mudah bahkan senang menggosipkan dan memviralkan kelemahan sesama. Walau kadang kita menyadari bahwa itu kebiasaan yang buruk namun kita menikmati kebiasaan ngerumpi tentang keburukan sesama.
Kebiasaan menggosipkan orang sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar! Apalagi kalau yang kita gosipkan itu orang yang tidak kita sukai wah semakin seru! Kemanapun dan dimanapun seakan topik pembahasan hanya tentang keburukan sesama. Tragisnya, kita semakin tidak menyadari bahwa tindakan itu salah! Pembunuhan karakter itu adalah tindakan sangat jahat!
Yesus sendiri sangat benci dengan sikap seperti itu! Lebih-lebih ketika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang suka menghakimi secara tidak adil. Mereka suka melakukan pembunuhan karakter terhadap pribadi-Nya dengan menebarkan berita bohong.
Yesus sungguh mengecam perbuatan seperti itu. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Mat 7:3-4).
Memang tidak mudah membiasakan diri melihat hal-hal negatif dalam diri sendiri. Rasanya melihat kelemahan sesama lebih mudah. Sekecil apapun kelemahannya kita begitu mudah menangkapnya! Tapi sebesar apapun kelemahan dalam diri kita tidaklah mudah disadari.
Itulah yang membuat orang "sok suci" sehingga begitu mudah menghakimi sesama. Menganggap diri sebagai yang paling benar sehingga berambisi untuk memusnahkan sesama!
Mungkin sudah menjadi naluri kemanusian kita bahwa kita harus mempertahankan diri bila diserang. Kita berusaha membentengi diri sekuat-kuatnya untuk bertahan. Kita mencari segala cara untuk mempertahankan diri dan mengamankan diri! Maka, kelemahan dalam diri pun tidak berani untuk mengakuinya!
Yesus sungguh mengecam orang yang hanya melihat kelemahan orang ketimbang menyadari diri sendiri. "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Mat 7:5).
Masihkan kita menyibukkan diri dengan hanya melihat dan menggosipkan kelemahan sesama? Sadarilah, diri kita pun penuh dengan noda dosa! Bersikaplah rendah hati dan berlakulah lebih bijaksana!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
PW S. Aloisius Gonzaga, Biarawan
Bacaan I: Kej 12:1-9
Mazmur Tanggapan: Mzm 33:12-13.18-19.20.22
Bait Pengantar Injil: Ibr 4:12
Bacaan Injil: Mat 7:1-5
Rasa-rasanya membicarakan keburukan dan kelemahan orang lain itu menyenangkan. Kita begitu mudah bahkan senang menggosipkan dan memviralkan kelemahan sesama. Walau kadang kita menyadari bahwa itu kebiasaan yang buruk namun kita menikmati kebiasaan ngerumpi tentang keburukan sesama.
Kebiasaan menggosipkan orang sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar! Apalagi kalau yang kita gosipkan itu orang yang tidak kita sukai wah semakin seru! Kemanapun dan dimanapun seakan topik pembahasan hanya tentang keburukan sesama. Tragisnya, kita semakin tidak menyadari bahwa tindakan itu salah! Pembunuhan karakter itu adalah tindakan sangat jahat!
Yesus sendiri sangat benci dengan sikap seperti itu! Lebih-lebih ketika berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang suka menghakimi secara tidak adil. Mereka suka melakukan pembunuhan karakter terhadap pribadi-Nya dengan menebarkan berita bohong.
Yesus sungguh mengecam perbuatan seperti itu. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu." (Mat 7:3-4).
Memang tidak mudah membiasakan diri melihat hal-hal negatif dalam diri sendiri. Rasanya melihat kelemahan sesama lebih mudah. Sekecil apapun kelemahannya kita begitu mudah menangkapnya! Tapi sebesar apapun kelemahan dalam diri kita tidaklah mudah disadari.
Itulah yang membuat orang "sok suci" sehingga begitu mudah menghakimi sesama. Menganggap diri sebagai yang paling benar sehingga berambisi untuk memusnahkan sesama!
Mungkin sudah menjadi naluri kemanusian kita bahwa kita harus mempertahankan diri bila diserang. Kita berusaha membentengi diri sekuat-kuatnya untuk bertahan. Kita mencari segala cara untuk mempertahankan diri dan mengamankan diri! Maka, kelemahan dalam diri pun tidak berani untuk mengakuinya!
Yesus sungguh mengecam orang yang hanya melihat kelemahan orang ketimbang menyadari diri sendiri. "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Mat 7:5).
Masihkan kita menyibukkan diri dengan hanya melihat dan menggosipkan kelemahan sesama? Sadarilah, diri kita pun penuh dengan noda dosa! Bersikaplah rendah hati dan berlakulah lebih bijaksana!
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar