Haruskah Kita Khawatir?

OASIS SABDA 19 Jun 2021
Bacaan I: 2Kor 12:1-10
Mazmur Tanggapan: Mzm 34:8-9.10-11.12-13
Bait Pengantar Injil: 2Kor 8:9
Bacaan Injil: Mat 6:24-34

Dalam peziarahan hidup, seringkali kita menemukan banyak alasan yang membuat kita merasa khawatir. Kadang melihat situasi dan kondisi yang tidak menentu kita khawatir. Kita melihat kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri kita menjadi khawatir. Kadang kita khawatir akan masa depan. Kita khawatir akan pekerjaan dan usaha. Kita khawatir dengan keberlangsungan keluarga. Dan masih banyak alasan lain untuk menjadi khawatir.

Apalagi saat ini, kita masih berada dalam pandemi covid-19 yang tak kunjung henti. Alih-alih berhenti, malahan varian baru yang konon penyebarannya mudah dan lebih ganas semakin merajalela. Situasi ini menbuat kita khawatir.

Bisa jadi saat ini Anda pun dihantui oleh beraneka ragam kekhawatiran! Jika "ya", ingatlah bahwa Yesus pernah menegaskan: “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Mat 6:25).

Yesus sesungguhnya hendak menegaskan bahwa Bapa-Nya adalah Maha Kasih. Dia selalu memperhatikan segala kebutuhan hidup kita. Untuk itu, kita diajak untuk menaruh kepercayaan yang mendalam bahwa Ia senantiasa menolong kita. Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam aneka kesulitan hidup.

Kita mesti menyadari bahwa kekhawatiran yang berlebihan akan sangat membahayakan jiwa kita. Kekhawatiran akan membuat hidup kita tidak akan pernah berkembang. Misalnya, mau melakukan sesuatu selalu dihantui kekhawatiran sehingga tidak pernah melakukannya. Kekhawatiran berlebihan membuat kita cemas dan takut! Kekhawatiran membuat hidup kita tidak damai!

Kita pasti mengamini bahwa hidup kita ini tidak pernah lepas dari kesulitan! Kita pasti akan berhadapan banyak tantangan. Kita akan mengalami penderitaan! Oleh karenanya, kita mesti semakin dekat dengan Tuhan. Kita mesti semakin bersatu dengan Dia.

Semakin bersatu dengan Allah sesungguhnya sedang merintis jalan menuju kedamaian. Dekat dengan Tuhan sesungguhnya akan menemukan ketenangan dan sukacita. Sehingga, segala sesuatu yang kita lakukan pun akan selalu bersumber pada aliran kasih-Nya. Segala perkataan dan perbuatan kita akan senantiasa memancarkan kasih dan kedamaian!

Sebaliknya, semakin jauh dari Tuhan maka hidup semakin dihantui oleh rasa khawatir yang mematikan. Hidup kita akan semakin tertutup dalam tembok ketakutan. Kita akan semakin dihantui oleh rasa cemas dan gelisah.

Semakin jauh dari Tuhan kita akan memiliki seribu satu alasan untuk menjadi kuatir dan pesimis. Sedangkan dekat dengan Tuhan, kita akan memiliki seribu satu alasan untuk optimis! Kita akan senantiasa menatap masa depan dan berani untuk menapaki dengan sukacita.

Marilah senantiasa mengikis segala bentuk kekhawatiran yang membelenggu hidup kita dengan semakin mempercayakan diri kepada Tuhan.

Kita juga belajar dari Santo Paulus yang senantiasa mempersembahkan penderitaan kepada Allah. Sehingga, dia pun semakin bermegah karena dapat menderita bersama Kristus. Dia menyadari bahwa, "Jika aku lemah maka aku kuat" (2Kor 12:10). Dan kekuatan satu-satunya karena dekat dengan Allah.

Percayalah, semakin dekat dengan Allah maka Dia pun akan melengkapi kelemahan kita. Kekuatan Allah akan senantiasa dialirkan dalam hidup kita. Seperti Paulus, dalam kelemahannya dia semakin kuat karena Allah. Semoga kita semakin kuat karena Allah dan mengikis segala bentuk kekhawatiran.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belaskasih Allah Terhadap Pendosa

Doa Seorang Ibu

Kreatifitas Melayani