Mengapa Harus Takut?

OASIS SABDA 20 Jun 2021
Hari Minggu Biasa XII
Bacaan I: Ayb 38:1.8-11
Mazmur Tanggapan: Mzm 107:23-24.25-26.28-29.30-31
Bacaan II: 2Kor 5:14-17
Bait Pengantar Injil: Luk 7:16
Bacaan Injil: Mrk 4:35-40
Dalam peziarahan hidup sehari-hari, seringkali kita merasa seperti berada di tengah lautan yang bergelora. Kita merasa terombang-ambing tak tentu arah. Hempasan ombak dan badai seakan terus menerpa.

Dalam situasi dan kondisi seperti itu kita menjadi takut dan pesimis. Kita merasa bahwa inilah akhir dari pelayaran kita! Kita merasa, inilah saatnya kita tenggelam dalam lautan yang dalam. Apalagi saat daya upaya telah dilakukan namun tidak menunjukkan hasil kita semakin kehilangan arah dan kendali. Kita seakan menjadi putus asa dan menyerah!

Bisa jadi, hidup Anda saat ini seakan berada di tengah lautan yang luas dan penuh resiko. Hidup Anda dihempas badai dan gelombang secara terus menerus. Anda mungkin merasa tak berdaya! Bahkan, bisa jadi Anda telah berteriak minta tolong kepada Tuhan namun seakan Dia tidak peduli!

Saudara, justru dalam situasi seperti itu, Tuhan sungguh hadir. Tuhan datang menguatkan dan meneguhkan kita untuk menghadapi badai dan gelombang kehidupan yang dahsyat. Tuhan datang untuk meredakannya! Dia sungguh membuat kita merasa aman dan terlepas dari semua beban.

Dalam Injil, kita bisa mendapat gambaran tentang hal itu. Yesus sungguh meredakan dan menyelamatkan kita dari badai dan gelombang kehidupan.

Ketika para murid hampir kehilangan kendali dan mereka sangat ketakutan karena diguncang angin ribut, Yesus bangun dan meredakannya! "Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: 'Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." (Mrk 4:39). Kehadiran Yesus penuh kuasa atas segala alam ciptaan. Dia sungguh menyelamatkan.

Dalam situasi sulit itu, Yesus mengajak para murid-Nya untuk berefleksi: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40). Memang, selama ini para murid sering menggambarkan perhatian dan kuasa Tuhan itu terbatas pada pola pikir manusiawi. Mereka kurang memahami kuasa Yesus yang sesungguhnya. Sehingga merekapun selalu bertanya, “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41).

Marilah, di tengah badai dan gelombang kehidupan, kita tetap menaruh kepercayaan pada pertolongan Allah dan selalu berserah diri pada-Nya. Kita bersatu dengan Dia untuk mengikis segala ketakutan dan kecemasan kita!

Kita belajar dari Ayub yang mengalami penderitaan berat namun tetap berserah diri pada Allah. Dia tetap memelihara iman! Dia tetap mengakui bahwa Allah lebih dahsyat melebihi segala sesuatu. Dia sadar, jalan Allah bukanlah jalan manusia. Kekuasaan Allah bukanlah tandingan akal budi manusia. Di hadapan Allah yang penuh kuasa, manusia hanya bisa diam, tunduk, dan menyembah-Nya.

Semoga kita semakin percaya dan berserah diri dengan sepenuh hati!

Tuhan memberkati dan Ave Maria!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belaskasih Allah Terhadap Pendosa

Doa Seorang Ibu

Kreatifitas Melayani