Persembahan Yang Menyelamatkan
OASIS SABDA 05 Jun 2021
PW S. Bonifasius, Uskup dan Martir
Bacaan I: Tb 12:1.5-15.20
Bacaan Injil: Mrk 12:38-44 Mempersembahkan persembahan dengan tulus sesungguhnya menjadi pancaran iman yang nyata. Sebuah perwujudnyataan kepercayaan yang konkret tanpa pamrih.
Dalam Injil, Yesus mengkritik cara hidup orang-orang Farisi yang suka pamer! Mereka selalu menunjukkan kesalehan pribadi dihadapan umum hanya supaya dilihat oleh orang. Mereka memamerkan segala sesuatu yang dilakukan agar mendapat simpati dan pujian. Mereka menyangka itulah yang sesuai dengan hukum Taurat. Padahal di mata Yesus semuanya itu hanyalah kebodohan dan kesia-siaan. Di mata Yesus semuanya itu tidak ada artinya apa-apa. Oleh karena Itu Dia meminta kita untuk berhati-hati dengan model perilaku orang-orang Farisi itu (bdk. Mrk 12: 38-40).
Yesus menghendaki perwujudnyataan iman secara tulus dan total seperti yang dilakukan oleh seorang janda miskin. Dia menyatakan imannya dengan bersedekah secara diam-diam. Dia mempersembahkan semua yang dimiliki tanpa harus diketahui oleh orang. Dia mempersembahkan tanpa menuntut supaya dilihat dan disanjung-sanjung. Untuk itu Yesus menegaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk 12:43-44).
Kita diajak untuk meneladani si Janda Miskin. Kita belajar untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan. Namun hendaknya dilakukan bukan untuk mencari pujian dan kehormatan. Kita melakukan bukan untuk pamer. Kita melakukan bukan untuk mendapat imbalan. Kita harus melakukan dengan motivasi yang tulus dan murni! Percayalah, Tuhan sangat berkenan dengan semuanya itu.
Memang kadang kita terjebak pada sikap sok pamer! Apa yang kita lakukan selalu dibarengi motivasi agar dilihat oleh orang. Apa yang kita lakukan supaya mendapat pujian dan popularitas. Namun, semuanya itu bukanlah tindakan iman yang sesungguhnya. Hati-hatilah dengan tindakan iman kosmetik seperti itu.
Kita juga disadarkan oleh Malaikat Rafael yang berbicara kepada Tobit dan Tobia, anaknya. Betapa mulia melakukan sedekah. Persembahan kita sesungguhnya menjadi jalan keselamatan jika dilakukan dengan benar. "Lebih baiklah doa benar dan sedekah jujur daripada kekayaan yang lalim. Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa. Orang yang melakukan sedekah akan menjadi puas dengan umurnya." (Tob 12:8-9).
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
PW S. Bonifasius, Uskup dan Martir
Bacaan I: Tb 12:1.5-15.20
Bacaan Injil: Mrk 12:38-44 Mempersembahkan persembahan dengan tulus sesungguhnya menjadi pancaran iman yang nyata. Sebuah perwujudnyataan kepercayaan yang konkret tanpa pamrih.
Dalam Injil, Yesus mengkritik cara hidup orang-orang Farisi yang suka pamer! Mereka selalu menunjukkan kesalehan pribadi dihadapan umum hanya supaya dilihat oleh orang. Mereka memamerkan segala sesuatu yang dilakukan agar mendapat simpati dan pujian. Mereka menyangka itulah yang sesuai dengan hukum Taurat. Padahal di mata Yesus semuanya itu hanyalah kebodohan dan kesia-siaan. Di mata Yesus semuanya itu tidak ada artinya apa-apa. Oleh karena Itu Dia meminta kita untuk berhati-hati dengan model perilaku orang-orang Farisi itu (bdk. Mrk 12: 38-40).
Yesus menghendaki perwujudnyataan iman secara tulus dan total seperti yang dilakukan oleh seorang janda miskin. Dia menyatakan imannya dengan bersedekah secara diam-diam. Dia mempersembahkan semua yang dimiliki tanpa harus diketahui oleh orang. Dia mempersembahkan tanpa menuntut supaya dilihat dan disanjung-sanjung. Untuk itu Yesus menegaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk 12:43-44).
Kita diajak untuk meneladani si Janda Miskin. Kita belajar untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan. Namun hendaknya dilakukan bukan untuk mencari pujian dan kehormatan. Kita melakukan bukan untuk pamer. Kita melakukan bukan untuk mendapat imbalan. Kita harus melakukan dengan motivasi yang tulus dan murni! Percayalah, Tuhan sangat berkenan dengan semuanya itu.
Memang kadang kita terjebak pada sikap sok pamer! Apa yang kita lakukan selalu dibarengi motivasi agar dilihat oleh orang. Apa yang kita lakukan supaya mendapat pujian dan popularitas. Namun, semuanya itu bukanlah tindakan iman yang sesungguhnya. Hati-hatilah dengan tindakan iman kosmetik seperti itu.
Kita juga disadarkan oleh Malaikat Rafael yang berbicara kepada Tobit dan Tobia, anaknya. Betapa mulia melakukan sedekah. Persembahan kita sesungguhnya menjadi jalan keselamatan jika dilakukan dengan benar. "Lebih baiklah doa benar dan sedekah jujur daripada kekayaan yang lalim. Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa. Orang yang melakukan sedekah akan menjadi puas dengan umurnya." (Tob 12:8-9).
Tuhan memberkati dan Ave Maria!
Komentar
Posting Komentar